PENGASUH TERBAIK DI DUNIA
Tynsha Welburg sedang berjalan menuju apotik ketika ia menabrak seorang anak lelaki berusia 6 tahun. “Aduh, maaf ya. Kakak tidak sengaja menabrak kamu. Tadi kakak jalan sambil baca resep dari dokter sehingga tidak memperhatikan sekeliling. Maaf ya” “Hiks..” “Jangan nangis. Lihat, kakak punya coklat. Kamu mau tidak?”. Anak lelaki tersebut mengambil coklat dari tangan Tynsha. “Nah, Kalau begini, kakak merasa senang. Anak manis jangan nangis lagi ya? Kamu mau kemana? Tidak baik seorang anak kecil yang manis dan tampan seperti kamu berkeliaran di rumah sakit sebesar ini. Kakak antar kamu ya? Kamu mau kemana?” “Saya mau ke kamar Jerapah I” “Oh, mari kakak antar. Kakak tau jalan menuju kamar tersebut kok” Tynsha mengantar Bensdeir, anak laki-laki yang ditabraknya tadi. Bensdeir sangat menyukai coklat yg pemberian Tynsha. Tynsha tidak ingin mengganggu Bensdeir yang sibuk dengan coklatnya dengan berbagai pertanyaan dari Tynsha. Ia meninggalkan anak tersebut di depan pintu kamar Jerapah I. Setelah mengucapkan terimakasih, Bensdeir segera masuk ke kamar Jerapah I.
“Kakak, aku mau jalan-jalan di taman. Boleh tidak?” “Boleh, tapi harus pake kursi roda ya!” Tynsha segera membantu Sansly, anak perempuan berumur 7 tahun yang mengidap penyakit kanker hati. Sansly sangat senang saat bermain di taman. Tiba-tiba seorang anak laki-laki, Bensdeir menghampiri Sansly dan menemaninya bermain. Setelah puas bermain, Tynsha dan Sansly mengantar Bensdeir ke kamar Jerapah I. “Siapa yang sakit? Kakak kamu ya?” “Hah? I..iya” “Sakit apa?” “Aku tidak tahu” “Kamu adik yang baik ya! Awalnya, kakak sangka kamu yang sakit. Tetapi, kamu terlihat sehat dan tidak ditemani orang dewasa jika sedang main. Maka dari itu, kakak yakin kamu tidak sakit dan kamu sedang menemani seseorang yang dirawat di kamar Jerapah I”
Setiap hari Bensdeir menjenguk Sansly dan bermain dengannya. Beberapa bulan kemudian dokter yang merawat Sansly mengatakan bahwa penyakit kanker Sansly sudah sembuh dan Sansly sudah boleh pulang 3 hari lagi. “Kakak, apa Sansly akan pergi? Apa aku tidak dapat menjenguknya lagi?” Tanya Bensdeir penuh harap. “Kita gantian, Sansly atau kakak yang akan menjengukmu setiap harinya. Kamu mau tidak?” “Kenapa kakak dan Sansly tidak menjengukku bersama-sama?” “Kakak hanya pengasuh Sansly selama ia sakit saja. Kakak berkerja sebagai pengasuh anak-anak yang sedang sakit. Jadi, setelah Sansly sembuh kakak tidak mengasuhnya lagi”
3 hari kemudian ada seseorang yang meminta bantuan Tynsha untuk menjaga seorang anak berumur 6 tahun yang mengidap penyakit kanker otak. Tynsha sangat kaget ketika diberitahu bahwa anak tersebut di rawat di RS. Healthy di kamar Jerapah I. Awalnya, ia cukup senang karena dapat bertemu dengan Bensdeir lagi. Tetapi, ia sedih ketika ia mengetahui anak yang akan dirawatnya tersebut hanya dapat hidup seminggu lagi.
“Permisi” Tynsha memasuki kamar Jerapah I tetapi ia tidak menemukan seorang pun di kamar itu. Ia melihat papan nama pasien “Nama: Bensdeir Lockhart. Umur: 6 tahun 3 bulan Penyakit: Kanker Otak. Dokter:...” Tynsha segera berlari mencari Bensdeir di taman namun ia tidak dapat menemukan Bensdeir di taman. Ia menangis di taman tersebut tanpa mempedulikan hujan deras yang membasahi dirinya. “Kakak, kenapa kakak menangis? Kenapa kakak meneriakan namaku?” Tynsha menengok ke seorang anak laki-laki yang memegang payung. Tynsha segera memeluk Bensdeir “Jangan tinggalkan kakak ya” Beinsder tersenyum mendengarnya.
Hari demi hari berlalu, Tynsha kini sadar betapa pucatnya wajah Bensdeir. Selama ini, ketegaran hati Bensdeir dapat membuat dirinya terlihat sehat. Bensdeir menyadari akan sisa waktunya yang tinggal sedikit di dunia ini tetapi ia tetap gembira. “Dimana orang tua dan pengasuhmu sebelumnya?” “Mama dan papa tinggal di luar negeri untuk urusan bisnis mereka. Mereka tidak akan merasa kehilangan ketika aku meninggal nanti dan aku mensyukuri itu. Mama dan papa memiliki 7 anak jadi kehilangan satu anak bungsu bukanlah masalah besar. Aku dan kakak-kakakku jarang bersama mereka karena mereka sibuk. Pengasuh-pengasuhku mengundurkan diri karena katanya sikapku nakal. Mereka tidak sanggup menjagaku karena aku suka kabur”
Sehari sebelum kepergian Bensdeir dari dunia ini, ia meminta Tynsha merekam dirinya. Dalam rekaman itu, Beinsder memberikan pesan untuk keluarganya dan memberitahu isi hatinya. Malam harinya, Bensdeir dilarikan ke UGD. Tynsha segera menghubungi keluarga Bensdeir.
Saat upacara pemakaman Bensdeir, Tynsha memberikan video rekaman hari terakhir Bensdeir di dunia ini ke keluarga mereka dan ia juga menerima pesan terakhir dari Bensdeir yang dititipkan pada dokter yang menanganinya. Tynsha membaca selembar kertas yang berisi pesan dari Bensdeir “Kakak Tynsha yang cantik. Aku sangat senang kakak bisa menemaniku di saat terakhirku ini. Aku sangat ingin bersama kakak. Aku selalu ada menjaga kakak seperti kakak selalu ada untukku. Jika reinkarnasi itu benar-benar ada, aku ingin sekali berjumpa dengan orang seperti kakak. Aku menyayangimu kak. Kakak adalah pengasuh terbaik di dunia” Tynsha tidak dapat menahan air matanya. Ia berjanji pada di depan makam Bensdeir “Bensdeir, kakak akan selalu ada untukmu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No SARA